MAKALAH ANTROPOLOGI BUDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu yang hidup bermasyarakat selama ia hidup pasti mengalami
peubahan-perubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak
menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik,
perubahan yang bersifat terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan
yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat
dilihat apabila seseorang sempat meneliti susunan dan
kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan
susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan pada masyarakat tentu dapat mengenali nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami masa
pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara
menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan
nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di
lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai
budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu
seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik
dan kebudayaan dewasa ini.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang maka masalah-masalah yang di
identifikasi :
1. Proses Perubahan Sosial Budaya
2. Perubahan dan Fenomena Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota
masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan
masyarakat di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan,
budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan
pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.
Perubahan sosial terjadi ketika ada
kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan unsur-unsur
budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan
sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada
tingkatan individual, kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal penting dalam perubahan sosial
menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu: perubahan pola
pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .
B. Beberapa Bentuk
Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat
dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
a.
Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan
secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetan-rentetan perubahan yang
kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi. Pada
evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana
atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,
keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan
cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat ( yaitu lembaga-lembaga kemasyrakatan lazimnya disebut ‘revolusi’ ).
b.
Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang Tidak membawa pengaruh
langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil
adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
c.
Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak
Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
didalam masyrakat. Perubahan ini dibuat oleh masyarakat sendiri yang
menginginkan perubahan tersebut. Sedangkan
perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa terjadi tanpa dikehendaki,
berlangsung diluar jangkauan dan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Dan apabila perubahan yang tidak direncanakan
tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki,
perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan tersebut tidak
mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri,
atau dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki lebih
diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyakatan yang ada atau dengan cara
membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki
bekerja sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling
menghargai.
C. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya
a. Sebab
yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:
1. Bertambah
dan berkurangnya penduduk
2. Penemuan-penemuan
baru
3. Pertentangan-pertentangan
dalam masyarakat
4. Terjadinya
pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri
b. Sebab-sebab
yang berasal dai luar masyarakat
1. Sebab-sebab
yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia
2. Peperangan dengan negara lain
3. Pengaruh kebudayan masyrakat lain.
D. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
a. Faktor-faktor yang
mendorong jalannya proses perubahan
1. Kontak dengan kebudayaan lain
2. sistem pendidkan yang maju
3. sikap menghargai hasil karya seseorang
dan keinginan untuk maju
4. sistem lapisan masyarakat yang terbuka
b. faktor-faktor
yang mengahambat terjadinya perubahan
1. Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetehuan
yang terlambat
3. Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah
masyarakat
E. Proses Perubahan Sosial Budaya
Konsep-konsep
penting dalam proses perubahan sosial antara lain internalisasi
(internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi
(enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang
mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga
bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi (diffusion)
yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur
kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi
(acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabaharuan
atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru
(discovery dan invention).
v Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses
internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu
mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang
individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi
yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam
kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang
menyebabkan ia menangis.
Proses
sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai
kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya
sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang
berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses
itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang
bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan pengumpulan bahan
mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan
seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu
yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau
enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan
kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.
v Proses Evolusi Sosial
Proses
Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat
dianalisa secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara
keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah
terjadi (makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang
terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut
”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses
berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun
1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.
Dalam
meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan
yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu
diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks
dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat
abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan sebagai serangkaian tindakan
yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial).
Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari
konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh
pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
v Proses Difusi
Penyebaran
manusia dalam Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia yang
pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang
telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim
yang berbeda-beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses
pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang
berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.
Penyebaran
unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok
manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan
salah satu objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi
diakronik. Proses difusi dari unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan
oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu tempat ketempat lain
dimuka bumi.
Penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan
kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur
kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti
para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian
antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan
pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang
berbeda.
v Akulturasi Dan Asimilasi
Akulturasi
yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
Kalau masalah-masalah mengenai
akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah, yaitu :
1. Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah
diterima oleh suatu masyarakat.
3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah
diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan
cepat diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan
lamban dalam menerimanya.
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang
muncul akibat akulturasi.
Dalam meneliti jalannya suatu proses
akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.
2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk
masuk kedalam
kebudayaan penerima.
4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
Asimilasi
Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif,
sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu
masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Dari
berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif
saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya
toleransi dan simpati antara kedua golongan.
v Pembaruan ( inovasi )
Inovasi
adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru,
sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses
inovasi tentu berkaitan penemuan baru
dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap
discovery dan invension.
Pendorong
penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk
memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan
dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem
perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada
suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa
tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di
sekelilingnya.
Dengan
demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya
ialah bahwa dalam proses inovasi para
individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para individu
itu pasif, bahkan seringkali negatif.
F. Perubahan Dan Fenomena Sosial
Logis
sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur
perubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri.
Ini dapat merupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis
dengan revolusi teknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan
itu mungkin terasa dalam masyarakat seluruhnya. Perubahan peranan wanita di
Afrika, atau sebenamya juga di Amerika Serikat, dapat dianggap sebagai contoh
perubahan seperti itu. Akan tetapi, perubahan sering dipaksakan dari luar
kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.
Perubahan
kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang telah
dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa.
Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme.
Penaklukan, pemberontakan dan revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya
ditandai oleh kemenangan militer Negara penjajah/penakluk dan pemindah tanganan
kekuasaan politik tradisional ke tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang
ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan
tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi dan dipaksa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu
dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melalui
kolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Politik kolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda,
Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika
unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarang masih ditemukan dan
diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama, system
politik negara colonial dapat ditemukan di negara bekas jajahannya.
Apabila
kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa
yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena
kondisi-kondisi yang dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar
masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidak adilan dalam distribusi
(kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan benci pada kelompok yang
dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa. Menurut Haviland
(1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya pemberontakan dan
revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukan-nya
mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan,
pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2)
Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai. Di Perancis dan Rusia,
golongan penduduk, golongan profesi dan pekerja di kota-kota yang nasib
ekonominya mengalami perbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan
yang tidak terduga-duga, seperti tajamnya kenaikan pangan dan pengangguran, (3)
Ketidak tegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten.
Pemerintah yang demikian itu kelihatannya seperti dikendalikan dan tidak
mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelas cendekiawan.
Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis
danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang
menyebabkan mereka kehilangan popularitas dilingkungan cendekiawan, (5)
Pemimpin atau kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk
menggerak kan sebagian besar rakyat ,melawan pemerintah.
Kelima
kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan
kebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada
tahun 1997-1998 (masa reformasi). Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet
serta kroninya sudah kehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap
gagal membenahi persoalan ekonomi politik yang terjadi. Tingkat inflasi yang
tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela mengakibatkan kehidupan
rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percaya dengan rezim orde baru. Kalangan
cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya serta menuntut untuk
segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik, seperti Amin Rais,
Gus Dur, Megawati Soekarnoputri,
Hamengkubuwono X yang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat.
Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung oleh pemimpin karismatik, akhirnya
terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan mundurnya
Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Salah satu
produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan
digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan
"praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering
dipandang sebagai "hamba" politik kolonial negara tersebut, karena
mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap
mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya. Di Amerika
Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaan
disiplin mereka, dan tidak jarang mereka
turun tangan membantu orang-orang Indian Amerika, tempat mereka bekerja. Awal
abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang diri melatih satu generasi ahli
antropologi di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untuk mengubah
politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologi
menanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan
lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II
timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar
perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh
pegawai-pegawai yang telah mendapat latihan di bidang antropologi.
Timbulnya
kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan oleh
pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika
Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi
dengan kekacauan yang sekecil mungkin, jugatelah berhasil.Meskipun banyak di
antara studi itu diakui memang untuk kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu
semua juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu pengetahuan.
Akan
tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan
antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak
mengandung pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama
sekali.Pertemuan antara kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat
sering mengakibatkan kematian besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan
keruntuhan komunitas atau yang lebih dikenal sebagai "kerusakan
kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas
yang ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan
setiap individu, sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama
sekali tidak berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan
sebelum berhubungan dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwa
pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembaga-lembaga
kebudayaanya.
Kebudayaan
asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena
lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau
pertentangan diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak
diperbolehkan oleh para penguasa kolonial untuk menangani perubahan baru yang
cepat dan tidak pada tempatnya dalam konteks sistem tradisional itu.Perubahan
yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya, menyebabkan bagian-bagian lain
dari kebudayaan menjadi ketinggalan.
Kadang-kadang
penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang besar dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana
mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif dan cerdik untuk
mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada di
bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan
sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada masyarakat
Trobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk
berusaha dan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh
dengan menjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat
Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk
aslinya di Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan
dengan kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankan pentingnya
pandangan-pandangan pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang
berkepentingan dengan permainan itu kelihatan gembira dan bangga, dan para
pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah diantara mereka itu mampu
mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk
bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar",
tari-tarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi,
bahwa setiap pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran
timnya, dan demi ratusan gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan
itu.
Kasus-kasus
akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan
militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan
parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka
kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang
dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di bidan sosial, agama
dan ekonomi juga turut dibatasi, sehingga mereka dengan terpaksa melakukan
kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan mengoyak-koyak
integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa kolonialnya,
merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasan tentang masalah
hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas
rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang
terjadi di Amerika pada awalnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja,
tetapi juga hingga ke negara-negara bagian, seperti di daerah-daerah perkebunan
di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai Amerika Selatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
makalah ini kami menyimpulkan Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti
mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi
masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam,
lingkungan sosial serta karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam
rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri
hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat hidup. Ruang
gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil
seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan
kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.
Perubahan
sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan
kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun
orientasi pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial,
tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikan sebagai wadah pengembangan
kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut
menentukan perubahan social masyarakat ke depan.
Budaya
sangat erat sekali dengan kehidupan kita di masyarakat. Kebudayaan ini pasti
terdapat di dalam masyarakat di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, marilah
kita jaga bersama budaya yang telah kita miliki dan janganlah kita serahkan kebudayaan
ini kepada Negara lain.
B. SARAN
Penulis
menyarankan supaya kita semua baik penulis maupun pembaca mau untuk menjaga
budaya kita dan janganlah
menghilangkannya Karena itu merupakan hal yang sangat berharga sekali.Penulis
juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masalah budaya
khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
DAFTAR
PUSTAKA
Soelaeman, Munandar.
2005 Ilmu Budaya Dasar. Refika
Aditama. Bandung
Sjafri
Sairin, 2002. Perubahan
Sosial Masyarakat Indonesia:Perspektif
Antropologi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan
Materi_Perubahan _Sosial_Budaya Enoh,
Moh. 1994. Geografi regional asia Sub Region Jepang Surabaya :IKIP
Comments
Post a Comment